Sejarah Gerakan Pramuka atau dalam bahasa Inggris Scout Movement di Indonesia dikenal dengan istilah Kepramukaan, dikembangkan oleh Lord Baden Powell sebagai cara membina kaum muda di Inggris yang terlibat dalam kekerasan dan tindak kejahatan, beliau menerapkan scouting secara intensif kepada 21 orang pemuda dengan berkemah di pulau Brownsea selama 8 hari pada tahun 1907. Pengalaman keberhasilan Baden Powell sebelum dan sesudah perkemahan di Brownsea ditulis dalam buku yang berjudul “Scouting for Boy”.
Buku Scouting fo Boy |
Melalui buku “Scouting for Boy” itulah kepanduan berkembang termasuk di Indonesia. Pada kurun waktu tahun 1950-1960 organisasi kepanduan tumbuh semakin banyak jumlah dan ragamnya, bahkan diantaranya merupakan organisasi kepanduan yang berafiliasi pada partai politik, tentunya hal itu menyalahi prinsip dasar dan metode kepanduan.
Keberadaan kepanduan seperti ini dinilai tidak efektif dan tidak dapat mengimbangi perkembangan jaman serta kurang bermanfaat dalam mendukung pembangunan Bangsa dan pembangunan generasi muda yang melestarikan persatuan dan kesatuan Bangsa.
Memperhatikan keadaan yang demikian itu dan atas dorongan para tokoh kepanduan saat itu, serta bertolak dari ketetapan MPRS No. II/MPRS/1960, Presiden Soekarno selaku mandataris MPRS pada tanggal 9 maret 1961 memberikan amanat kepada pimpinan Pandu di Istana Merdeka. Beliau merasa berkewajiban melaksanakan amanat MPRS, untuk lebih mengefektifkan organisasi kepanduan sebagai satu komponen bangsa yang potensial dalam pembangunan bangsa dan negara.
Oleh karena itu beliau menyatakan pembubaran organsiasi kepanduan di Indonesia dan meleburnya ke dalam suatu organisasi gerakan pendidikan kepanduan yang tunggal bernama GERAKAN PRAMUKA yang diberi tugas melaksanakan pendidikan kepanduan kepada anak-anak dan pemuda Indoneisa. Gerakan Pramuka dengan lambang TUNAS KELAPA di bentuk dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961.
Lambang Gerakan Pramuka |
Meskipun Gearakan Pramuka keberadaannya ditetapkan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 238 tahun 1961, namun secara resmi Gerakan Pramuka diperkenalkan kepada khalayak pada tanggal 14 Agustus 1961 sesaat setelah Presiden Republik Indonesia menganugrahkan Panji Gerakan Pramuka dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 448 Tahun 1961. Sejak itulah maka tanggal 14 Agustus dijadikan sebagai Hari Ulang Tahun Gerakan Pramuka.
Bapak Pramuka Indonesia
Di Indonesia sendiri, tokoh nasional Gerakan Pramuka (Bapak Pramuka Indonesia) adalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX |
Beliau merupakan salah satu tokoh pramuka yang perjuangannya tidak diragukan lagi dalam pembentukan Gerakan Pramuka. Beliau adalah penerima Panji Gerakan Pramuka saat pertama kali diserahterimakan oleh Presiden RI, Ir. Soekarno pada 14 Agustus 1961. Sri Sultan Hamengku Buwono IX adalah Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka yang pertama kali. Bahkan menjabat hingga dalam empat periode berturut-turut mulai dari periode 1961-1963, 1963-1967, 1967-1970 dan 1970-1974.
Jasa Sri Sultan Hamengku Buwono IX tidak hanya diakui di dalam negeri. WOSM (World Organization of the Scout Movement) pada tahun 1973 menganugerahinya Bronze Wolf Award merupakan penghargaan tertinggi dan satu-satunya dari WOSM.
Bahkan kata 'pramuka' pun dicetuskan dan dipilih oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX untuk menamai kepanduan di Indonesia. Kata pramuka ini diambil dari istilah 'paramuka' yang merupakan nama pasukan khusus dan terdepan di Keraton Yogyakarta pada jaman Penjajahan Belanda.
Jasa Sri Sultan Hamengku Buwono IX tidak hanya diakui di dalam negeri. WOSM (World Organization of the Scout Movement) pada tahun 1973 menganugerahinya Bronze Wolf Award merupakan penghargaan tertinggi dan satu-satunya dari WOSM.
Bahkan kata 'pramuka' pun dicetuskan dan dipilih oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX untuk menamai kepanduan di Indonesia. Kata pramuka ini diambil dari istilah 'paramuka' yang merupakan nama pasukan khusus dan terdepan di Keraton Yogyakarta pada jaman Penjajahan Belanda.
Bapak Pandu Indonesia
Sedangkan untuk Bapak Pandu Indonesia adalah KH. Agus Salim.
KH. Agus Salim |
Beliau merupakan tokoh Sarekat Islam (salah satu organisasi pelopor pergerakan nasional) yang menaruh perhatian pada pendidikan kepanduan. Beliau lah yang pertama kali mengusulkan dan menggunakan istilah 'pandu' dan 'kepanduan' untuk mengganti istilah sebelumnya 'padvinder' dan 'padvinderij' yang oleh Belanda dilarang penggunaannya bagi organisasi kepramukaan yang didirikan oleh bumiputera (orang Indonesia).
Istilah 'pandu' dan 'kepanduan' diperkenalkan pertama kali saat konggres Sarekat Islam Afdeeling Padvinderij (SIAP) di Banyumas, Jawa Tengah, pada tahun 1928. SIAP sendiri adalah organisasi kepanduan milik Sarekat Islam, Atas usul tersebut SIAP kemudian berubah kepanjangannya menjadi Sarekat Islam Afdeeling Pandoe.
Perkembangan Gerakan Pramuka di Indonesia
Perkembangan Gerakan Pramuka mengalami pasang surut dan pada kurun waktu tertentu kurang dirasakan pentingnya oleh kaum muda, akibatnya pewarisan nilai-nilai yang terkandung dalam falsafah Pancasila dalam pembentukan kepribadian kaum muda yang merupakan inti dari pendidikan kepramukaan tidak optimal. Menyadari hal tersebut maka pada peringatan Hari Ulang Tahun Gerakan Pramuka ke-45 Tahun 2006, Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan Revitalisasi Gerakan Pramuka. Pelaksanaan Revitalisasi Gerakan Pramuka yang antara lain dalam upaya pemantapan organisasi Gerakan Pramuka telah menghasilkan terbitnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang GERAKAN PRAMUKA.
0 Comments
EmoticonEmoticon