Bila merasa manfaat dengan artikel di blog ini, silahkan bagikan (share) di sosmed kaliah. Terimakasih.

Akibat Mencampur Pertalite Dengan Pertamax

Mencampur Pertalite dengan Pertamax, banyak pengendara motor yang menanyakan bolehkah mencampur pertamax dengan pertalite. Khususnya bagi motor yang menggunakan mesin injeksi sekarang ini.

Pertanyaan ini sering ditanyakan mengingat lebih sedikitnya nilai rupiah yang perlu kita rogoh dari kocek kita untuk premium atau pertalite dibandingkan pertamax per liternya. Sedangkan tidak sedikit yang sudah membiasakan mesin kendaraannya dengan pertamax.


Sehingga muncul pertanyaan "Apa akibat atau bolehkan mencampur Pertalite dengan Pertamax?"                   
Semoga dengan dituliskan artikel ini, bisa membantu menjawab pertanyaan di atas.

Ketika pertama kali muncul pada akhir tahun 1999, bahan bakar ini memang diciptakan untuk menggantikan bahan bakar Premix 1994 dan Super TT 1998 yang lebih ramah lingkungan. Pertamax sendiri terdiri dari beberapa jenis, antara lain; pertamax, pertamax plus, pertamax racing dan pertamax dex. 

Empat bahan tersebut memiliki nama-nama yang berbeda karena memang memiliki nilai oktan atau setana yang berbeda. Dimulai dari pertamax yang memiliki nilai oktan 92, pertamax plus dengan nilai oktan 95, pertamax racing dengan nilai oktan diatas 100 dan terakhir pertamax dex dengan nilai setana 51.

Perlu diketahui, oktana dan setana adalah nilai yang mengindikasikan seberapa besar tekanan yang mampu diproduksi sebelum bahan bakar bekerja secara spontan. Semakin besar nilainya maka makin besar juga tenaga yang mampu dihasilkan oleh sebuah mesin.

Oleh karena itu mayoritas penduduk Indonesia cenderung menggunakan pertamax dan pertamax plus karena dua bahan bakar tersebutlah yang kerap ditemui di seluruh SPBU di Indonesia.

Pertamax racing dan pertamax dex yang memiliki nilai oktan dan setana yang lebih tinggi lebih cocok digunakan kepada mereka yang menggunakan mesin dengan daya kerja yang lebih besar. Bagaimana dengan pertalite?

Kemunculannya di pertengahan tahun 2015 menjadi alternatif lain bagi penduduk Indonesia setelah lama terbiasa dengan pertamax dan premium.

Harganya yang relatif bersahabat dengan nilai oktan 90 memang menjadi pilihan tepat bagi mereka yang bimbang untuk memilih antara premium dengan pertamax.

Nilai oktan antara pertamax dan pertalite yang hanya berselisih 2 angka membuat banyak pengguna kendaraan yang mencoba mencampur kedua bahan bakar tersebut. Hasilnya?

Jika pertanyaannya adalah boleh atau tidak mencampur kedua bahan bakar tersebut, jawabannya akan selalu boleh karena tak ada seorangpun yang melarang mencampurnya.

Namun jika kita ganti pertanyaannya menjadi bisa atau tidak bisa, maka akan ada kemungkinan iya atau tidak.

Dalam kasus ini, kedua bahan bakar tersebut memang bisa dicampur. Tidak ada dampak merugikan yang signifikan yang dihasilkan dari pencampuran kedua bahan bakar tersebut.

Bahkan jika secara bergantian mengisi tangki mesin dengan pertamax lalu berganti pertalite, begitu juga sebaliknya secara terus menerus.

Hanya saja yang perlu dicatat adalah salah satu kelebihan pertamax yang mampu membersihkan mesin tak dapat dinikmati dengan maksimal karena pencampuran kedua bahan bakar tersebut.

Lalu jika ditilik dari segi harga, mari kita berkaca pada Provinsi Jawa Barat. Pada tanggal 17 November 2017 Pertalite dihargai Rp 7.500 per liter, Lalu Pertamax dihargai  Rp 8.400. Sehingga antara Pertamax dan Pertalite mempunyai selisih Rp. 900. 

Pencampuran tak akan menjadi masalah yang terlalu besar selama perawatan mesin rutin dilakukan. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan.

Biaya juga harus jadi pertimbangan dikala semua harga pokok naik tak karuan. Namun alangkah lebih baik jika memilih satu dari sekian, agar pertanyaan bolehkah mencampur pertamax dengan pertalite tak lagi bermunculan.

Sekian penjelasann mengenai akibat mencampur pertalite dengan pertamax.
Semoga bermanfaat. 

You might also like

0 Comments


EmoticonEmoticon